Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Kawasan Penyair Jawa Barat

Kamis, 11 Oktober 2007

Rian Angkasa Pinem



Lahir di Bandung 24 Pebruari 1985, tinggal di Jl Moch Toha Gg Mesjid No 30/201 B Kel Karasak-Bandung (40243), merupakan alumnus MAK Ma’had Baitul Arqom Al-Islami Ciparay-Bandung yang kini sedang melanjutkan studi kuliah S1-nya di UPI Bandung Jurusan Bahasa & Sastra Indonesia Angkatan 2003, dan kini menjabat sebagai ketua HIMA SATRASIA-UPI periode 2005-2006, juga sebagai anggota aktif UKM Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS), dan Komunitas Barzanji (KOBAR). Salah satu puisinya :


Catatan Indonesia Di Pagi Hari


ada selaut air mata mengalir ke dada pertiwi

rumah-rumah kecil menghilang tanpa puing

perut seorang anak perih karena luka menangis

melihat wajah ibunya di sentuh serangga-serangga anyir


sisa air sungai memandikan tubuh kota

kehidupan tak lagi bernama karena luka

kekayaan kita tinggal sejarah nenek moyang

karena alam semakin sakit memikul keserakahan


nyawa-nyawa menjadi harga pasar tradisional

memang tak pernah kita berpikir untuk hidup

karena hari ini adalah surga yang berkeping-keping

padahal prahara hidup mengerucut di ujung nafas kita


para ulama sibuk berebut kursi di istana mainan anak TK

melupakan warisan leluhur para kekasih agung

pergantian episode menjadi mengasyikan untuk di tonton

sebagai rakyat yang baik tentu tak diam saja


tak ada lagi cerita pahlawan kemerdekaan

hanya penjahat reformasi meneriakan keadilan

panglima kita telah banyak mati karena mulutnya sendiri

berharap keabadian datang dari janji-janji istimewa


BBM, sembako, dan pendidikan mengancam si miskin

sedang harta kita terus di jarah para lintah domestik dan asing

mereka tak perduli dengan semboyan dan kaidah kemanusiaan

yang penting menanam akar kemewahan tanpa batas dan nalar


mungkin kita sudah melupakan keindahan yang haqiqi

terlena dengan bentuk kecantikan sebuah fatamorgana

suatu saat tsunami pun belum cukup untuk dirasakan

begitu pun kiamat yang disiratkan jauh-jauh sebelumnya


kuburan kita tak akan pernah sama

begitu pun cinta kita untuk siapa


Kobong Sunyi, 6 Mei 2005

Tidak ada komentar: